Kebijakan Lokal dalam Upacara Tabot di Bengkulu

  • Hendri Pitrio Putra Applied Linguistics, Yogyakarta State University

Abstrak

Bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak terpisahkan yang saling mempengaruhi. Mereka terintegrasi dengan masyarakat yang kemudian menciptakan kearifan lokal. Itu harus dipertahankan demi kelanjutan bahasa dan budaya di masa depan. Upacara tabot adalah salah satu budaya tradisional masyarakat Bengkulu yang memiliki banyak nilai kearifan lokal. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menganalisis nilai-nilai kearifan lokal dalam upacara Tabot dan untuk menemukan varietas bahasa yang digunakan dalam upacara Tabot. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekolinguistik yang diikuti oleh metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam upacara Tabot adalah nilai-nilai kemanusiaan dan kewajiban merawat dari satu Muslim ke Muslim lainnya. Variasi bahasa yang ditemukan dalam rangkaian upacara Tabot ini adalah Mengambiak Tanah, Duduk, Penja, Menjara, Meradai, Jola, Arak, Serban, Coki, Gam, Dol, Tessa, Gedang dan Tebuang. Variasi bahasa ini adalah hasil dari proses ekologi dan bahasa yang terjadi di masyarakat dalam bentuk upacara tradisional. Terakhir, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat berkontribusi pada literasi budaya yang merupakan keterampilan abad ke-21. Literasi budaya adalah kemampuan untuk memahami dan berperilaku terhadap budaya Indonesia sebagai identitas nasional. Jadi, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkenalkan budaya Bengkulu di tingkat nasional dan internasional.

Diterbitkan
2019-07-31